Langsung ke konten utama

Review : What They Don't Talk About When They Talk About Love (2013)




“Emangnya gue harus bilang apa? Lo suka sama gue, gitu?” – Andhika. Cinta bisa dirasakan oleh siapa saja. Bagaimana kamu, normal atau memiliki keterbatasan fisik. Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh seorang Mouly Surya, dalam film terbaru-nya “What They Don’t Talk When They Talk About Love”. Film ini akhirnya tayang di Indonesia, setelah sebelumnya film ini masuk di Sundance Film Festival dan Rotterdam Film Festival. Diceritakan tentang seorang remaja wanita bernama Diana (Karina Salim), yang bersekolah di sebuah sekolah luar biasa. Ia lahir dari keluarga yang berkecukupan dan memiliki keterbatasan, dalam penglihatan. Diana mengidap low vision, dimana ia hanya dapat melihat dengan jarak dekat. Di sekolah, Diana memiliki seorang sahabat bernama Fitri (Ayushita). Berbeda dengan Diana, Fitri mengalami kebutaan secara total. Dan sejak kecil, Fitri percaya bahwa ada seorang sosok dokter yang bisa ia ajak curhat / menyampaikan keluh - kesahnya.

Selain ada karakter Diana dan Fitri dalam film ini, ada juga karakter bernama Edo (Nicholas Saputra). Edo adalah anak seorang penjaga warung; Ibu Rusli (Jajang C. Noer). Edo remaja pria, yang memiliki kecintaan sama hal – hal yang berbau punk dan dia juga memiliki keterbatasan. Berbeda dengan apa yang dialami oleh Diana dan Fitri, Edo memiliki keterbatasan dalam berbicara. Tidak hanya Edo, Fitri dan Diana hadir juga seorang remaja pria bernama Andhika (Anggun Priambodo). Andhika merupakan pujaan hati dari Diana. Kalau Andhika, hampir sama dengan Fitri. Andhika mengalami kebutaan total. Pertemuannya dengan Diana-pun, dimulai melalui wangi parfum yang disukai oleh Andhika. Tapi akankah mereka bersama? Akankah Fitri dan Edo, juga memiliki kedekatan yang sama?

Film ini bisa dibilang sebuah film yang unik, dan mungkin agak sulit diterima oleh penonton awam seperti saya. Fase-nya berjalan dari scene ke scene yang lain, berjalan lambat. Dan bisa dibilang dari awal hingga film ini berakhir, terkesan datar tidak ada klimaks sama sekali. Applause diberikan kepada Mouly dan para pemain, yang bisa menyajikan sebuah film yang seperti ini. Para pemain seperti Karina Salim, Nicholas Saputra, Ayushita dan para pemain lainnya dapat “memain-kan” perannya dengan baik. Begitupun dengan Mouly, yang bisa memberikan kepada penonton shot – shot yang indah dan begitu nikmat dipandang oleh mata.

Mouly terkenal sebagai seorang sutradara, yang menyajikan sebuah kisah menjadi luar biasa. Seperti dalam film ini sebenarnya, ia ingin hanya menyampaikan kisah cinta yang dirasakan oleh penyandang cacat. Namun secara ajaib-nya, ia menyampaikan kisah tersebut menjadi 2 sisi. Dimana penonton, akan dibawa untuk memikirkan apa yang dimaksud oleh scene – scene di film ini. Karina Salim tidak hanya berakting dalam film ini, tapi juga ia melakukan tarian balet. Hal yang sama pernah ia lakukan, dalam film pendek karya Joko Anwar; “Durable Love”. Mouly dalam film ini, juga mengajak 2 orang penyandang cacat, Ridho dan Sumi. Walaupun ini pengalaman baru bagi Ridho dan Sumi, tapi mereka dapat berperan dengan baik seperti layaknya orang “normal”. Untuk yang berumur di bawah 17 tahun, saya mungkin tidak akan merekomendasikan film ini. Karena di film ini ada beberapa adegan untuk dewasa, dan belum dapat dinikmati oleh kalian yang dibawah 17 tahun. Overall, “Don’t Talk Love” adalah film yang menarik dan mengajarkan kepada kita kalau setiap orang berhak merasakan cinta. Selain itu mereka yang punya keterbatasan, juga merasakan nyaman atas apa yang mereka alami.


Cast : Ayushita, Nicholas Saputra, Karina Salim, Jajang C. Noer, Anggun Priambodo
Director : Mouly Surya
Writer : Mouly Surya
Production Companies :Cinesurya Pictures

Rating :
3/5

Movie Still :













Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Surat Dari Praha (2016)

" Jangankan ngikhlasin apa yang terjadi, memaafkan diri sendiri saja anda nggak bisa.. " - Larasati

Review : Big Mommas : Like Father, Like Son (2011)

So many sweet, delicious girls… - Trent . B ig Mommas : Like Father, Like Son adalah film terbaru dari Big Mommas franchise. Film ketiganya ini masih dibintangi oleh Martin Lawrence yang juga sebelumnya sukses membawakan karakter Big Momma di 2 film sebelumnya. Selain Lawrence, film ini juga dibintangi oleh Brandon T. Jackson dan Ken Jeong . Untuk penyutradaraannya ditangani oleh John Whitesell , yang sebelumnya juga menyutradarai seri ke 2-nya. Agen FBI Malcolm Turner ( Martin Lawrence ) bersama dengan anak tirinya Trent ( Brandon T. Jackson ) melakukan aksi penyamaran untuk menangani kasus yang terjadi di All Girls Performing Art School. Trent yang baru pertama kali melakukan penyamaran, tidak terlalu bisa menangani suatu kondisi dengan baik. Salah satu halnya ialah ketika ia bertemu dengan Haley ( Jessica Lucas ), seorang wanita yang begitu Trent sukai. Ketika melakukan penyamaran, Trent memperkenalkan namanya sebagai Charmaine. Sebenarnya penyamaran tersebut dilakukan untuk mendap

Review : Powder Blue (2009)

I love you, sweet pea.-Rose Johnny .Apa yang akan anda lakukan jika ada dihadapkan suatu peristiwa yang tragis atau sebuah masalah yang begitu besar?, anda pasti akan lari dari kenyataan / melampiaskan amarah dan perasaan anda kepada sesuatu yang sangat membahayakan hidup anda, mungkin itulah awal cerita untuk film ini. Powder Blue dibintangi oleh aktor dan aktris yang sudah sukses di kancah perfilman hollywood, seperti : Jessica Biel , Forest Whitaker, Ray Liotta dan Patrick Swayze . Kursi untuk sutradara film ini diisi oleh Timothy Linh Bui . Powder Blue bercerita dari dua sisi berbeda, sisi pertama menceritakan sosok seorang pria bernama Charlie ( Forest Whitaker ) yang bingung atas kesindiriannya yang telah lama terjadi, akibat sang istri meninggal dunia akibat kecelakaan mobil yang juga dialami bersama dirinya. Karena itu ia mulai frustrasi dan melakukan hal yang nekat dengan cara menyiapkan sejumlah uang dan menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Sisi kedua menceritakan seorang w