Langsung ke konten utama

Review : Countdown (2012)


Say hello to NYU kid baby – Jack. Malam tahun baru selalu penuh dengan kesenangan. Pesta dan berkumpul bersama teman / keluarga, sudah menjadi tradisi ketika malam tahun baru. Tapi apa jadinya, ketika pesta yang kita harapkan berubah menjadi situasi yang menyeramkan dan membuat kita tersiksa? 3 anak muda asal Thailand, yang menempati sebuah apartemen di New York; Jack (Peach Pachara), Pam (Pattarasaya Kruewansiri) dan Bee (Jarinporn Joonkiat) awalnya menginginkan malam tahun baru yang menyenangkan. Jack bersama Bee; sang kekasih, mendatangi teman yang sama – sama asal Thailand yang ia kenal sebagai drug dealer. Tapi ternyata sang teman sudah lama bertobat dan malah sedang ingin berberes, untuk pulang ke Thailand. Akhirnya menemukan potongan – potongan dari kartu nama milik seorang drug dealer, akhirnya mereka menghubungi orang yang dimaksud dalam kartu nama itu. Yang mereka hubungi adalah seorang drug dealer, bernama  Jesus (Hesus) (David Asavanond). Awalnya pesta tahun baru berjalan dengan lancer, ada sesuatu yang terjadi dan membuat Jesus beringas. Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang melatarbelakangi keberingasannya, kalau memang semuanya dimulai dengan bersenang – senang?

Gmm Tai Hub kembali menelurkan sebuah film terbaiknya di akhir tahun 2012 ini. Sedikit berbeda, dengan film “Seven Something” yang mereka rilis di pertengahan 2012, film “Countdown” bergenre thriller dan ada unsur violence didalamnya. Nattawut Poonpiriya masih fresh dalam menyutradarai film feature. Walaupun begitu, ia terlihat dapat menyutradarai film ini dengan baik. Untuk aktor dan aktris dalam film ini, beberapanya adalah mereka yang pernah bermain di film produksi GTH.  Peach Pachara sebelumnya sudah bermain di 2 film produksi GTH; Suckseed dan Top Secret (The Billionare). Untuk Jarinporn Joonkiat, ia pernah bermain dalam film Dear Galileo. Sedangkan, Pattarasaya Kruesuwansiri bermain dalam film Cool Gel Attacks dan The Last Moment. Untuk secara akting, memang kualitas akting mereka belum bisa dibandingkan dengan aktor / aktris kelas Hollywood dan setidaknya mereka masih mengerti mengenai bagaimana berakting. Jujur film ini hanya hiburan semata, karena selama ini GTH memang hadir memberikan tontonan untuk menghibur.

Beberapa orang yang telah menyaksikan trailer / bahkan film ini, menanyakan siapa yang memerankan karakter Jesus di film ini. Dialah David Assavanond. David adalah seorang aktor yang memiliki darah setengah perancis, setengah Thailand. Sebelumnya beliau telah bermain dalam film bersama Tony Jaa; The Protector. Dalam film ini sebagai Jesus, saya bisa bilang aktingnya bolehlah dan tidak bisa dibilang baik. Bisa dibilang boleh, karena ia dapat merubah karakternya dengan baik dari sosok yang bersahaja sampai pada sosok yang tidak memiliki belas kasihan. Ini bisa dibilang film rohani? Menurut saya bisa. Ada ayat dari Bible, yang mereka jadikan dalam pedoman cerita. Ayat dari Wahyu 20 : 13, mereka gunakan dalam film ini. Saya juga bisa bilang ada kesan cambukan untuk kita yang menyaksikan Countdown ini. Ketika memasuki bioskop mungkin anda masih biasa dan berharap ini film thriller biasa dengan adegan berdarah - darah dimana - mana. Tapi dalam kenyataannya, film ini memiliki kandungan violence yang rendah menurut saya. Dan sebagai penikmat film gore, menyaksikan film ini saya merasakan biasa saja.Hanya ketegangan yang ingin diciptakan. Tapi menjelang akhir / film ini selesai dan keluar auditorium, saya masih bertanya - tanya tentang siapa Jesus sebenarnya dalam film ini dan apa yang terjadi sebenarnya.

Cast : Peach Pachara, Jarinporn Joonkiat, Pattarasaya Kruesuwansiri
Director : Nattawut Poonpiriya
Production Companies : GMM Tai Hub (GTH).

Rating :
3.5/5

Movie Still :

























Komentar

  1. ngeliat trailernya, saya kira sisi gore-nya masih dalam kadar normal. mudah-mudahan aja benar begitu, saya ga terlalu hobi liat gore hehe. kalo ga salah film ini baru sneakpeek midnight di salah satu bioskop ya? wah, mungkin boleh dicoba nonton ini. nice review!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Surat Dari Praha (2016)

" Jangankan ngikhlasin apa yang terjadi, memaafkan diri sendiri saja anda nggak bisa.. " - Larasati

Review : Big Mommas : Like Father, Like Son (2011)

So many sweet, delicious girls… - Trent . B ig Mommas : Like Father, Like Son adalah film terbaru dari Big Mommas franchise. Film ketiganya ini masih dibintangi oleh Martin Lawrence yang juga sebelumnya sukses membawakan karakter Big Momma di 2 film sebelumnya. Selain Lawrence, film ini juga dibintangi oleh Brandon T. Jackson dan Ken Jeong . Untuk penyutradaraannya ditangani oleh John Whitesell , yang sebelumnya juga menyutradarai seri ke 2-nya. Agen FBI Malcolm Turner ( Martin Lawrence ) bersama dengan anak tirinya Trent ( Brandon T. Jackson ) melakukan aksi penyamaran untuk menangani kasus yang terjadi di All Girls Performing Art School. Trent yang baru pertama kali melakukan penyamaran, tidak terlalu bisa menangani suatu kondisi dengan baik. Salah satu halnya ialah ketika ia bertemu dengan Haley ( Jessica Lucas ), seorang wanita yang begitu Trent sukai. Ketika melakukan penyamaran, Trent memperkenalkan namanya sebagai Charmaine. Sebenarnya penyamaran tersebut dilakukan untuk mendap

Review : Powder Blue (2009)

I love you, sweet pea.-Rose Johnny .Apa yang akan anda lakukan jika ada dihadapkan suatu peristiwa yang tragis atau sebuah masalah yang begitu besar?, anda pasti akan lari dari kenyataan / melampiaskan amarah dan perasaan anda kepada sesuatu yang sangat membahayakan hidup anda, mungkin itulah awal cerita untuk film ini. Powder Blue dibintangi oleh aktor dan aktris yang sudah sukses di kancah perfilman hollywood, seperti : Jessica Biel , Forest Whitaker, Ray Liotta dan Patrick Swayze . Kursi untuk sutradara film ini diisi oleh Timothy Linh Bui . Powder Blue bercerita dari dua sisi berbeda, sisi pertama menceritakan sosok seorang pria bernama Charlie ( Forest Whitaker ) yang bingung atas kesindiriannya yang telah lama terjadi, akibat sang istri meninggal dunia akibat kecelakaan mobil yang juga dialami bersama dirinya. Karena itu ia mulai frustrasi dan melakukan hal yang nekat dengan cara menyiapkan sejumlah uang dan menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Sisi kedua menceritakan seorang w