Langsung ke konten utama

Review : The Hobbit : An Unexpected Journey (2012)



I'm looking for someone to share in an adventure. – Gandalf. Mendengar nama Peter Jackson, pasti yang akan muncul di kepala anda pasti sebuah film yang mewah. Keberhasilannya menyutradarai King Kong dan trilogy Lord Of The Rings, membawa persepsi hal “mewah” itu kepada anda. Baru – baru saja, ia menyutradarai The Hobbit : An Unexpected Journey. Film ini merupakan part pertama, dari trilogy The Hobbit dan akan berakhir di tahun 2014. Diceritakan Bilbo Baggins (Martin Freeman), yang berumur 111 tahun dan ia ingin menceritakan kembali mengenai kisahnya 60 tahun lalu. Ia menceritakan bagaimana masa mudanya, bertemu dengan Gandalf (Sir Ian Mckellen) dan petualangannya bersama para kurcaci “The Dwarfs” dimulai. Perjalanan tersebut dipimpin oleh Thorin Oakenshield (Richard Armitage). Mereka sedang perjalanan menuju gunung Lonely. Perjalanan mereka tidak lancer begitu saja, ada saja rintangan/halangan yang muncul. Bilbo tidak diterima begitu saja, ada saja yang tidak suka dengannya sampai ia pun ingin berniat balik ke tempat tinggal / desa tempat ia berdiam.

Sebelumnya saya ingin mengaku, kalau saya tidak pernah selesai menyaksikan trilogy Lord Of The Rings. Tapi saya begitu meniati dan nekat, untuk menyaksikan film yang memiliki keterkaitan dengan Lord Of The Rings ini. Ekspetasi saya dalam The Hobbit, akan ada pertarungan yang begitu wah seperti yang terjadi pada LOTR. Tapi apa yang saya dapatkan, malah pertarungan antara satu tokoh dengan tokoh lain dan tidak terlalu banyak darah di film ini. Banyak yang bilang juga kalau Hobbit memang cerita untuk anak – anak, yang dibuat oleh seorang J.R.R Tolkein. Alurnya di awal sedikit lambat sekali, sampai saya yang memang tidak dalam keadaan fit itu sempat ngantuk sebentar. Ending dari film ini pun terasa tanggung dan penyelesaiannya juga terasa terlalu cepat. Sebenarnya The Hobbit : Unexpected Journey menggunakan teknologi 3D terbaru. Film ini menggunakan 3D HFR, yaitu menggunakan 3D yang menghasilkan gambar dengan kecepatan 48 Frame Per Second. Tapi sayangnya, saya hanya menyaksikan film ini melalui format 3D biasa. Walaupun 3D biasa, saya sudah cukup puas dengan visualisasi yang dihadirkan oleh Peter Jackson. Tingkat kedalaman atau depth gambar untuk film ini, begitu terasa ketika menyaksikannya dalam format 3D.  Tidak banyak yang pop out, mungkin bisa di hitung jari scene – scene yang pop out. Scoring yang diciptakan oleh scorer terkenal, Howard Shore juga terasa menyatu dengan ambience / suasana dari film ini. Untuk scoring oke lah pokoknya.

Peter Jackson sudah tidak perlu dikomentari yah, keberhasilannya membawa LOTR  juga menjadi tolak ukur bagaimana kinerjanya melalui film ini. Sebagai sutradara, ia telah membawa “dongeng” Tolkein ini dengan baik. Frodo atau Elijah Wood tetap hadir dalam film ini, walaupun perannya hanya kecil.  Wood muncul diawal film ini dan bisa dibilang, kalau ia yang “membuka” perjalanan.Untuk Bilbo Baggins, diperankan oleh Martin Freeman. Melihat Martin sebagai Bilbo, masih tidak melepaskan pemikiran saya kalau ia adalah Dr. Watson, kawan dari Sherlock Holmes dalam Sherlock BBC. Martin memerankan karakter Bilbo dengan baik dan kadang, ia terlihat masih tidak bisa lepas dari karakter Watson. Mungkin sembah sujud, saya berikan untuk Sir Ian Mckellen. Karakter Gandalf memang begitu melekat dengan aktor satu ini. Di film ini pun, ia memerankan karakter dengan Gandalf dengan baik, Gandalf juga menjadi peran “penting” di film ini, walaupun kehadirannya tidak terlalu banyak. Jadi bagi anda yang belum nonton Lord Of The Rings dan begitu tertarik The Hobbit, tidak ada salahnya mencoba untuk menyaksikannya.

Cast : Martin Freeman, Ian Mckellen , Richard Armitage  
Director : Peter Jackson
Writer : Fran Walsh | PhillippaBoyens | Peter Jackson | Guillermo Del Toro
Production Companies : New Line Cinema | Metro Goldwyn Mayer | WingNut Films | 3Foot7

Rating :
3.5/5

Movie Still :

























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Surat Dari Praha (2016)

" Jangankan ngikhlasin apa yang terjadi, memaafkan diri sendiri saja anda nggak bisa.. " - Larasati

Review : Big Mommas : Like Father, Like Son (2011)

So many sweet, delicious girls… - Trent . B ig Mommas : Like Father, Like Son adalah film terbaru dari Big Mommas franchise. Film ketiganya ini masih dibintangi oleh Martin Lawrence yang juga sebelumnya sukses membawakan karakter Big Momma di 2 film sebelumnya. Selain Lawrence, film ini juga dibintangi oleh Brandon T. Jackson dan Ken Jeong . Untuk penyutradaraannya ditangani oleh John Whitesell , yang sebelumnya juga menyutradarai seri ke 2-nya. Agen FBI Malcolm Turner ( Martin Lawrence ) bersama dengan anak tirinya Trent ( Brandon T. Jackson ) melakukan aksi penyamaran untuk menangani kasus yang terjadi di All Girls Performing Art School. Trent yang baru pertama kali melakukan penyamaran, tidak terlalu bisa menangani suatu kondisi dengan baik. Salah satu halnya ialah ketika ia bertemu dengan Haley ( Jessica Lucas ), seorang wanita yang begitu Trent sukai. Ketika melakukan penyamaran, Trent memperkenalkan namanya sebagai Charmaine. Sebenarnya penyamaran tersebut dilakukan untuk mendap

Review : Powder Blue (2009)

I love you, sweet pea.-Rose Johnny .Apa yang akan anda lakukan jika ada dihadapkan suatu peristiwa yang tragis atau sebuah masalah yang begitu besar?, anda pasti akan lari dari kenyataan / melampiaskan amarah dan perasaan anda kepada sesuatu yang sangat membahayakan hidup anda, mungkin itulah awal cerita untuk film ini. Powder Blue dibintangi oleh aktor dan aktris yang sudah sukses di kancah perfilman hollywood, seperti : Jessica Biel , Forest Whitaker, Ray Liotta dan Patrick Swayze . Kursi untuk sutradara film ini diisi oleh Timothy Linh Bui . Powder Blue bercerita dari dua sisi berbeda, sisi pertama menceritakan sosok seorang pria bernama Charlie ( Forest Whitaker ) yang bingung atas kesindiriannya yang telah lama terjadi, akibat sang istri meninggal dunia akibat kecelakaan mobil yang juga dialami bersama dirinya. Karena itu ia mulai frustrasi dan melakukan hal yang nekat dengan cara menyiapkan sejumlah uang dan menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Sisi kedua menceritakan seorang w