Langsung ke konten utama

Review : Laura & Marsha (2013)



Halah, nungguin gue apa nungguin discount-nya? – Laura” Setiap orang di dunia ini, pasti memiliki mimpi untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat. Entah itu hanya di dalam negeri atau bahkan ke luar negeri. Hal itu pula yang dimiliki oleh Laura & Marsha. Kedua-nya ketika SMA memiliki mimpi, untuk melakukan perjalanan keliling eropa. Laura (Prisia Nasution) sudah lupa dengan impian tersebut, sampai pada akhirnya Marsha (Adinia Wirasti) mengingatkan hal itu. Marsha ingin pergi ke eropa, dengan tujuan untuk mengenang 2 tahun kepergian sang bunda. Marsha yang seorang penulis buku travel ini, akhirnya mengajak sang sahabat untuk mewujudkan impian mereka dahulu. Laura akhir-nya mengiyakan ajakan Marsha. Dan Laura juga pergi ke eropa, dengan satu tujuan. Tapi tidak ada yang tahu apa yang menjadi tujuan Laura untuk pergi, bahkan Marsha pun.

Laura & Marsha adalah sebuah film Indonesia terbaru, yang mengambil genre road movie. Berbeda dengan film Indonesia yang bergenre sama, lokasi syuting Laura & Marsha di beberapa daerah terkenal di Eropa. Mulai dari Amsterdam hingga Venice, terlihat keindahan-nya di film yang disutradarai oleh Dinna Jasanti ini. Walaupun ini merupakan film layar lebar pertama dari Dinna, tapi ia dapat menyajikan setiap shot dengan begitu indah dan baik. Tidak hanya dari segi penyutradaraan, film Laura & Marsha juga memiliki skrip yang oke. Salut untuk Titien Wattimena yang dapat membuat penonton merasakan, apa yang sedang dirasakan oleh Laura dan Marsha.

Selain dari segi penyutradaraan, film Laura & Marsha juga melakukan pemilihan aktor dan aktris dengan baik.  Hal itu bisa terlihat, dari hadirnya Adinia Wirasti dan Prisia Nasution sebagai pemeran utama dalam film ini. Kedua-nya terlihat begitu klop ketika memerankan karakter Laura dan Marsha. Chemistry kedua – nya sebagai sahabat juga terlihat kuat, walaupun ini pertama kali – nya mereka bekerja sama. Untuk mendalami karakter Laura, Prisia Nasution harus latihan menggunakan koper ketika ia berpergian. Berbeda dengan kenyataan-nya, dimana Pia lebih suka menggunakan backpack.  Saya begitu terkejut, ketika melihat karakter Marsha yang diperankan oleh Adinia Wirasti. Keterkejutan itu, karena saya seperti melihat karakter Ambar (3 Hari Untuk Selamanya) yang pernah ia perankan, dalam wujud Marsha. Beda-nya Marsha jauh lebih percaya takhayul dibandingkan Ambar. Restu Sinaga hadir juga di film ini, berperan sebagai suami dari Laura. Sayangnya penampilan Restu di film ini hanya sebentar, jadi tidak bisa menilai bagaimana penampilan – nya.  Selain ketiga nama itu, hadir pula aktris senior Ratna Riantiarno dan bintang cilik Amanina Afiqah Ibrahim.

Kekurangan / minus dari film Laura & Marsha menurut saya, yang pertama terletak pada salah satu scene di awal. Saya sampai bertanya – tanya maksudnya apa, scene tersebut ada. Karena perpindahan / fase-nya begitu cepat dari scene tersebut ke scene berikutnya. Seperti terkesan scene itu “dipaksa-kan” untuk ada. Satu lagi kekurangannya, adalah subtitle. Kok subtitle? Mungkin akan ada yang bertanya seperti itu. Entah mungkin saya yang salah lihat atau bagaimana, tapi saya seperti melihat ada yang typo dalam penulisan subtitle-nya. 

Mendengar pertama kali lagu Summertime yang dijadikan soundtrack dari film ini, saya menyangka kalau lagu-nya dinyanyikan oleh penyanyi luar negeri. Ternyata, lagu Summertime dinyanyikan oleh seorang penyanyi pria bernama Diar. Diar adalah seorang penyanyi berkebangsaan Indonesia, yang tinggal di Jerman. Diar menciptakan beberapa lagu, yang salah satunya adalah Summertime. Selain Summertime, lagu Ey Kawan juga dijadikan “jagoan” untuk soundtrack film ini. Tidak hanya sebagai pengisi soundtrack, Diar juga hadir sebagai cameo dalam film ini. At the end, anda tidak akan pulang dengan perasaan biasa saja setelah menyaksikan film ini, karena ada nilai yang bisa anda ambil yaitu persahabatan dan cinta. 


Cast : Adinia Wirasti, Prisia Nasution, Restu Sinaga, Ratna Riantiarno, Amanina Afiqah Ibrahim
Director : Dinna Jasanti
Writer : Titien Wattimena
Production Companies : Inno Maleo Films

Rating :
3.5/5

Movie Still :


























 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Surat Dari Praha (2016)

" Jangankan ngikhlasin apa yang terjadi, memaafkan diri sendiri saja anda nggak bisa.. " - Larasati

Review : Big Mommas : Like Father, Like Son (2011)

So many sweet, delicious girls… - Trent . B ig Mommas : Like Father, Like Son adalah film terbaru dari Big Mommas franchise. Film ketiganya ini masih dibintangi oleh Martin Lawrence yang juga sebelumnya sukses membawakan karakter Big Momma di 2 film sebelumnya. Selain Lawrence, film ini juga dibintangi oleh Brandon T. Jackson dan Ken Jeong . Untuk penyutradaraannya ditangani oleh John Whitesell , yang sebelumnya juga menyutradarai seri ke 2-nya. Agen FBI Malcolm Turner ( Martin Lawrence ) bersama dengan anak tirinya Trent ( Brandon T. Jackson ) melakukan aksi penyamaran untuk menangani kasus yang terjadi di All Girls Performing Art School. Trent yang baru pertama kali melakukan penyamaran, tidak terlalu bisa menangani suatu kondisi dengan baik. Salah satu halnya ialah ketika ia bertemu dengan Haley ( Jessica Lucas ), seorang wanita yang begitu Trent sukai. Ketika melakukan penyamaran, Trent memperkenalkan namanya sebagai Charmaine. Sebenarnya penyamaran tersebut dilakukan untuk mendap

Review : Powder Blue (2009)

I love you, sweet pea.-Rose Johnny .Apa yang akan anda lakukan jika ada dihadapkan suatu peristiwa yang tragis atau sebuah masalah yang begitu besar?, anda pasti akan lari dari kenyataan / melampiaskan amarah dan perasaan anda kepada sesuatu yang sangat membahayakan hidup anda, mungkin itulah awal cerita untuk film ini. Powder Blue dibintangi oleh aktor dan aktris yang sudah sukses di kancah perfilman hollywood, seperti : Jessica Biel , Forest Whitaker, Ray Liotta dan Patrick Swayze . Kursi untuk sutradara film ini diisi oleh Timothy Linh Bui . Powder Blue bercerita dari dua sisi berbeda, sisi pertama menceritakan sosok seorang pria bernama Charlie ( Forest Whitaker ) yang bingung atas kesindiriannya yang telah lama terjadi, akibat sang istri meninggal dunia akibat kecelakaan mobil yang juga dialami bersama dirinya. Karena itu ia mulai frustrasi dan melakukan hal yang nekat dengan cara menyiapkan sejumlah uang dan menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Sisi kedua menceritakan seorang w