"Hati-hati jangan terlalu antipati, nanti simpati, terus jatuh hati" - Bono
Hai Pembaca, apa kabarnya nih? Kayaknya udah lama ya saya tidak menyentuh blog ini. Terakhir saya ngereview Pengabdi Setan nya Joko Anwar dan kali ini saya balik lagi dengan review dari film terbarunya Edwin, “Aruna dan Lidahnya”. Iya, mungkin judul film ini udah terdengar beberapa bulan yang lalu dan kalau nggak salah malah udah terdengar di awal tahun. “Aruna dan Lidahnya” adalah film kolaborasi kedua Edwin setelah “Posesif” yang meraih banyak penghargaan di Festival Film Indonesia. “Aruna dan Lidahnya” merupakan adaptasi lepas dari novel berjudul sama yang ditulis Laksmi Pamuntjak di tahun 2014.
Kita mulai review kita kali ini dengan sinopsis film “Aruna dan Lidahnya”, yuk! Ceritanya sebenernya simple banget, sih. Aruna punya teman seorang chef bernama Bono yang punya impian kulineran bareng dengan Aruna, sekalian dia mencari resep baru untuk restoran miliknya. Akhirnya kesempatannya datang dan pas banget dengan dinasnya Aruna. Oh iya, Aruna kerja disebuah firm yang mengurus wabah dan dia disuruh menginvestigasi wabah flu burung yang sedang merebak di beberapa kota. Nah, setelah Bono dan Aruna pergi, teman mereka Nadezhda. Selain itu, ada Farish yang kebetulan hadir lagi setelah berpisah firm dengan Aruna. Bono sih kenal Farish sebelumnya, Nad sih belum.
Lanjut apa yang membuat saya suka dengan film ini ya! “Aruna dan Lidahnya” tak ubahnya film road trip yang lekat dengan keseharian kita sebagai kaum first jobber / yang sudah bekerja sedang liburan bareng teman, kulineran, dan nggak lupa untuk kerja. “Aruna dan Lidahnya” juga full dialog sih. Jadi, buat saya yang terkadang suka ketiduran di tengah film, memperhatikan setiap dialog dengan detil. Saya juga mau memberikan applause untuk Mba Titien Wattimena sebagai penulis skrip, sih. Skripnya sangat oke, brillian, dan diselipi beberapa kata romantis. Edwin sebagai sutradara juga perlu diacungi jempol karena dapat menvisualisasikan skrip dengan baik. Terus ya, buat kalian yang pernah nonton Before Trilogy, akan ngerasain vibenya di film ini.
Beralih ke akting, Dian Sastrowardoyo kece banget sih sebagai Aruna. Kesan dia sebagai Cinta lepas banget di film ini. Dian Sastrowardoyo menjadi dirinya sendiri yang sering kita lihat di halaman Instagram pribadinya atau media-media lain. Terus, Nicholas Saputra yang sudah identic sebagai Rangga di “Ada Apa Dengan Cinta?” juga oke banget di film ini. Nicho terlihat mendalami banget perannya sebagai seorang chef. Dia terlihat lihai dalam memasak setiap masakan. Nicho dan Dian juga nggak terlihat seperti Cinta dan. Rangga di film ini, lho. Mereka benar-benar terlihat sebagai Aruna & Bono, dua sahabat yang suka curhat dan ngabisin waktu bareng. Hannah Al Rashid sebagai Nadezhda juga oke lho di film ini. Hannah membuktikan kalau dia nggak cuma bisa main film action, thriller, tapi juga drama. Love you, Hannah. Sayang, saya gak terlalu suka dengan akting Oka Antara di film ini. Oka terlihat datar dan biasa aja. Untuk chemistry dia dan Dian juga nggak terbangun dengan baik.
Overall dari “Aruna dan Lidahnya”, saya sih menemukan film manis yang tidak hanya bisa dirasakan pas nonton tapi juga setelahnya. Selain itu, film ini juga akan bikin kamu laper dan ingin mencoba beberapa makanan yang diperlihatkan di film ini. Saya pun penasaran dengan Lorjuk. Terlihat menarik dan enak. Eh, udahan dulu ya review film kali ini. See ya!
Cast : Dian Sastrowardoyo, Hannah Al Rashid, Oka Antara, Nicholas Saputra
Director : Edwin
Writer : Titien Wattimena
Production Companies : Palari Films, CJ Entertainment
Rating :
4/5
Movie Still :
Komentar
Posting Komentar