“Emangnya gue harus bilang apa? Lo suka sama gue, gitu?” – Andhika.
Cinta bisa dirasakan oleh siapa saja. Bagaimana kamu, normal atau memiliki
keterbatasan fisik. Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh seorang Mouly
Surya, dalam film terbaru-nya “What They Don’t Talk When They Talk About Love”.
Film ini akhirnya tayang di Indonesia, setelah sebelumnya film ini masuk di
Sundance Film Festival dan Rotterdam Film Festival. Diceritakan tentang seorang
remaja wanita bernama Diana (Karina Salim),
yang bersekolah di sebuah sekolah luar biasa. Ia lahir dari keluarga yang
berkecukupan dan memiliki keterbatasan, dalam penglihatan. Diana mengidap low vision, dimana ia hanya dapat melihat dengan jarak dekat. Di sekolah, Diana memiliki seorang sahabat bernama Fitri (Ayushita). Berbeda dengan Diana, Fitri mengalami kebutaan secara total. Dan sejak kecil, Fitri percaya bahwa ada seorang sosok dokter yang bisa ia ajak curhat / menyampaikan keluh - kesahnya.
Selain ada karakter Diana dan Fitri dalam film ini, ada juga karakter bernama Edo (Nicholas Saputra). Edo adalah anak seorang penjaga warung; Ibu Rusli (Jajang C. Noer). Edo remaja pria, yang memiliki kecintaan sama hal – hal yang berbau punk dan dia juga memiliki keterbatasan. Berbeda dengan apa yang dialami oleh Diana dan Fitri, Edo memiliki keterbatasan dalam berbicara. Tidak hanya Edo, Fitri dan Diana hadir juga seorang remaja pria bernama Andhika (Anggun Priambodo). Andhika merupakan pujaan hati dari Diana. Kalau Andhika, hampir sama dengan Fitri. Andhika mengalami kebutaan total. Pertemuannya dengan Diana-pun, dimulai melalui wangi parfum yang disukai oleh Andhika. Tapi akankah mereka bersama? Akankah Fitri dan Edo, juga memiliki kedekatan yang sama?
Film ini bisa dibilang sebuah
film yang unik, dan mungkin agak sulit diterima oleh penonton awam seperti
saya. Fase-nya berjalan dari scene ke scene yang lain, berjalan lambat. Dan bisa
dibilang dari awal hingga film ini berakhir, terkesan datar tidak ada klimaks
sama sekali. Applause diberikan kepada Mouly dan para pemain, yang bisa
menyajikan sebuah film yang seperti ini. Para pemain seperti Karina Salim,
Nicholas Saputra, Ayushita dan para pemain lainnya dapat “memain-kan” perannya
dengan baik. Begitupun dengan Mouly, yang bisa memberikan kepada penonton shot –
shot yang indah dan begitu nikmat dipandang oleh mata.
Mouly terkenal sebagai seorang
sutradara, yang menyajikan sebuah kisah menjadi luar biasa. Seperti dalam film
ini sebenarnya, ia ingin hanya menyampaikan kisah cinta yang dirasakan oleh
penyandang cacat. Namun secara ajaib-nya, ia menyampaikan kisah tersebut
menjadi 2 sisi. Dimana penonton, akan dibawa untuk memikirkan apa yang dimaksud
oleh scene – scene di film ini. Karina Salim tidak hanya berakting dalam film
ini, tapi juga ia melakukan tarian balet. Hal yang sama pernah ia lakukan,
dalam film pendek karya Joko Anwar; “Durable Love”. Mouly dalam film ini, juga
mengajak 2 orang penyandang cacat, Ridho dan Sumi. Walaupun ini pengalaman baru
bagi Ridho dan Sumi, tapi mereka dapat berperan dengan baik seperti layaknya
orang “normal”. Untuk yang berumur di bawah 17 tahun, saya mungkin tidak akan
merekomendasikan film ini. Karena di film ini ada beberapa adegan untuk dewasa,
dan belum dapat dinikmati oleh kalian yang dibawah 17 tahun. Overall, “Don’t
Talk Love” adalah film yang menarik dan mengajarkan kepada kita kalau setiap
orang berhak merasakan cinta. Selain itu mereka yang punya keterbatasan, juga
merasakan nyaman atas apa yang mereka alami.
Cast : Ayushita, Nicholas Saputra, Karina Salim, Jajang C. Noer, Anggun Priambodo
Director : Mouly Surya
Writer : Mouly Surya
Production Companies :Cinesurya PicturesRating :
3/5
Movie Still :
yang di padang gak bisa nonton :(
BalasHapus