3SUM bukanlah sebuah film yang ‘iya – iya’, melainkan sebuah
film Indonesia terbaru yang memiliki 3 genre, 3 cerita dan 3 sutradara. Untuk
pembukaan kita akan disuguhkan sebuah cerita berjudul “Insomnights” kemudian
dilanjutkan dengan “Rawa Kucing” dan “Impromptu”. Inilah yang menjadi perbedaan
3SUM dengan film – film antologi lain, yang pernah diproduksi. Karena biasanya
sebuah film antologi, menghadirkan genre yang sama.
" “Insomnights”
Insomnights sendiri bergenre thriller. Film ini berawal dari sebuah cerpen yang ditulis oleh sang sutradara, Witra Asliga yang kemudian dibantu oleh Andri Cung untuk dikembangkan menjadi sebuah skrip. Diceritakan seorang pria bernama Morty (Winky Wiryawan), yang mengalami penyakit susah tidur / insomnia. Ia menderita Insomnia, karena banyak pikiran mengenai hidup dan hubungannya bersama sang pacar Nina (Gesata Stella). Yang paling menjadi pikirannya terhadap Nina, karena ketika ia ingin memberikan kejutan, dirinya ditinggal begitu saja oleh Nina. Dari hal itu sudah menjadi pertanyaan dalam pikiran Morty. Tapi kadang ketika mengalami Insomnia, ia mengalami ketakutan seperti ada yang mengikuti dirinya atau membututinya. Bagaimana nasib Morty, akankah ia bisa lepas dari penyakit susah tidurnya? Atau masalah akan terselesaikan dengan sang kekasih?
Segmen yang tidak menyeramkan, sayang
sekali sebenarnya. Karena awalnya berharap segmen ini bisa menakut – nakuti saya,
ditengah audi yang diisi oleh 3 orang penonton saja (2 orang lain dan 1
orangnya adalah saya). Efek seram yang ingin ditimbulkan oleh segmen ini, tidak
jauh berbeda ketika saya menyaksikan FTV atau film karya Nayato. Sorry to say.
Tapi untuk twist endingnya sangat oke banget, sampai kaget ternyata seperti “itu”
yang sebenarnya. Editingnya juga agak kasar menurut saya, jadi penyampaian
cerita yang maju mundur malah membingungkan. Perlu beberapa kali untuk mencerna, baru dapat mengerti.
-
“Rawa Kucing”
Rawa Kucing menceritakan tentang seorang
sosialita bernama Ayin (Aline Adita).
Ayin adalah anak bungsu yang mendapatkan warisan paling banyak, karena dia
adalah anak kesayangan sang ayah. Tapi menjelang sang ayah meninggal dunia, ia
tidak mau mengunjungi / bahkan menengoki sang ayah. Di hari itu Ayin sedang merayakan hari ulang
tahunnya. Dan ia telah mendapatkan “kado”, yang memang sudah ia tunggu
sebelumnya. Kado itu adalah seorang pria bernama Welly (Natalius Chendana). Welly adalah pria yang mengalami kesulitan
dalam berbicara, ia pun memang sedang membutuhkan uang dan akhirnya ia “bekerja”.
Karena sudah ada pesan sebelumnya, Welly “melayani” Ayin dengan baik. Welly yang
sudah melakukan tugasnya, jadi memiliki perasaan jatuh hati terhadap Ayin.
Sampai ia tidak mau diberikan “upah” kembali. Tapi mungkinkah seorang Welly
dapat diterima oleh Ayin? Bagaimanakah nasib Ayin setelah ini, akankah ia tetap
melupakan sang ayah dan lebih menyukai pesta – pesta dengan teman – temannya?
Cerita yang menarik dan menyentuh. Mungkin
pesan dari segmen ini, kalau cinta itu akan selalu ada untuk orang yang memang
benar – benar kita cintai sampai kapanpun itu, bahkan sampai maut memisahkan. Akting
Aline Adita okelah buat saya, dia bermain dengan baik di segmen ini sebagai
karakter Ayin. Ia dengan tidak terkesan jijik mau berjalan di pasar, tanpa
menggunakan alas kaki dan dibawah teriknya matahari. Natalius Chendana walaupun
masih baru, tapi aktingnya juga oke. Ia begitu meyakinkan memerankan Welly yang
bisu. Dan aktingnya Natal, juga terlihat seperti tidak dibuat – buat. Pujian
paling besar mungkin akan saya sampaikan untuk Andri Cung. Sebelumnya mendengar
karya – karyanya itu bagus. Dan hal itu terbukti, dengan keberhasilannya membawa
pesan dari segmen film ini dengan baik. Terakhir yang saya ingin sampaikan untuk Andri Cung, “I Love You..
Andri Cung” #eh. Karena setelah menyaksikan “Rawa Kucing”, saya semakin tidak
sabar untuk menyaksikan karya beliau selanjutnya.
-
“Impromptu”
Impromptu menceritakan tentang Amin (Dimas Argoebie) dan Lina (Hannah Al Rashid) yang ingin pergi untuk
menjalankan tugasnya, namun terhadang oleh razia polisi. Namun muncul
kecurigaan, karena polisi – polisi yang mereka temui tidak seperti polisi pada
umumnya. Polisi yang mereka temui ternyata polisi gadungan, Amin dan Lina
dengan penuh kebranian melawan mereka polisi yang tidak menjalankan tugasnya
dengan benar ini.
Hal pertama yang mau dikomentarin dari segmen
ini adalah product placement-nya. Saya bingung, kenapa berita tentang politik
dan kriminal harus ditempatkan sebuah logo “susu untuk menunjang aktivitas pria
dewasa”. Dan yang paling gak banget, ketika Dimas Argoebie yang memang adalah
salah satu finalis, dari ajang pemilihan pria bertubuh indah itu meminum produk
“susu” tersebut. Jadi kesannya seperti lagi menjual “produk”. Untuk koreografi
fightingnya oke banget dan ini yang menjadi nilai plus untuk segmen ini. Efek darah
di film ini, sayangnya kurang dan sebenarnya bisa terlihat lebih oke. Karena
darah yang ada di segmen ini, warnanya lebih terlihat seperti sirup. Sutradara
Joko Anwar memang hadir dalam segmen ini, ia juga memiliki peranan yang penting
dalam cerita di segmen ini. Sayangnya kehadirannya di segmen ini, hanya
sebentar saja. Hannah Al Rashid yang
paling oke di segmen ini, “sexy and
really bad ass”. Kalau di Modus Anomali, ia terlihat sosok yang kalem. Di
segmen Impromptu ini, ia berubah menjadi sosok yang berani dan jago dalam
melakukan fighting. Mungkin kalau ada produser atau sutradara yang sedang
mencari seorang aktris untuk bermain dalam film action, Hannah Al Rashid adalah
jawabannya.
Cast : Winky Wiryawan, Aline Adita,
Natalius Chendana, Hannah Al Rashid
Director : Witra Asliga | Andri Cung
| William Chandra
Production Companies : Electronic City Entertainment | Avatara 88
Artist Agency
Rating :
3/5
Movie Still :
Hai bro…
BalasHapusboleh tukeran link gak? ini link saya http://insanmahaputra.blogspot.com/
link kamu udah saya pasang di blog saya. :)
Thank you